Tertarik Maggot, Gapoktan Poncosari Mengikuti Kunjungan Budidaya

Aditya Pertama 12 Maret 2021 11:19:39 WIB

PoncoWarta - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) kalurahan Poncosari, mengikuti kunjungan tempat budidaya maggot di dusun Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada hari rabu (10/03/2021).Dalam kunjungan tersebut, Gapoktan kalurahan Poncosari didampingi oleh beberapa perwakilan dari pemerintah kalurahan Poncosari serta anggota dari BUMDes Mukti Lestari kalurahan Poncosari.

Maggot merupakan belatung pengurai yang dihasilkan dari lalat hitam atau Black Soldier Fly (BSF). Lalat ini berwarna sedikit kehijauan. Berbeda dari belatung biasa, belatung jenis ini tidak berbau.

Mardiarto selaku pemrakarsa Dewi Mapan yang juga merupakan pembudidaya maggot mengemukakan akibat COVID-19 kini banyak pengangguran di dusunnya Dusun Ketingan. Keprihatinan itu masih ditambah dengan banyaknya lahan pertanian yang tergusur untuk pembangunan jalan tol Yogyakarta-Solo.

Rombongan Gapoktan menerima penjelasan dan pengarahan langsung oleh salah seorang pekerja di budidaya mengenai budidaya maggot. Disebutkan bahwa ada tiga ruangan serupa kandang untuk pengembangannya. Kandang pertama khusus pengembangan lalat BSF, kedua untuk pembibitan magot, dan ketiga untuk produksi magot.

Kandang pertama dibagi dua ruang untuk perkembangbiakan lalat BSF. Di dalam ruangan berkelambu itu terdapat beberapa klaras atau daun pisang kering yang digantung. Di antara klaras itu dipasangi papan kayu yang dibentuk menyerupai kandang burung yang berguna untuk menampung telur. Terdapat kandang yang lebih luas yang khusus untuk pembibitan maggot. Ada beberapa tahapan pengembangan bibit magot ini. Telur-telur magot hasil dari kandang satu tadi sebagian disimpan untuk pembibitan. Butuh lima sampai tujuh hari proses penetasan dari telur menjadi belatung kecil atau larva. Proses penetasannya membutuhkan saringan halus yang diletakkan ke dalam baskom atau pun boks plastik yang telah diisi serbuk kayu halus. Telur-telur itu ditaburkan di atas saringan yang dibalik. Telur-telur itu akan menetas, dan larvanya akan turun ke bawah atau tersaring dengan sendirinya.

Proses produksi berada di kandang paling timur dan lebih luas lagi ruangannya. Bahkan lebih dari lima kali lipat kandang pembibitan. Di sinilah baby magot akan diberi makan. Berupa sisa produksi kulit kambing, juga limbah sayur dan buah dari pasar. Baby magot akan di tampung dalam kolam ukuran 2×15 meter.Di kandang ke tiga ini baby magot yang berkembang, akan dipindahkan di kolam penampungan berukuran 2×6 meter dengan kedalaman 15 cm. Selanjutnya, magot siap didistribusikan.

Maggot banyak diminati untuk pakan ternak. Seperti ikan dan binatang jenis unggas, bebek, itik, ayam dan sebagainya. Bahkan, belakangan ini permintaannya tinggi di luar Sleman. Selain bermanfaat sebagai pakan ternak, binatang pengurai ini dapat membantu menekan produksi sampah organik.

Komentar atas Tertarik Maggot, Gapoktan Poncosari Mengikuti Kunjungan Budidaya

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 
Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License